KEUTAMAAN AMALIAH HARI ‘ASYURA

Amaliyah Doa Hari ‘Asyura Pada Tanggal 10 Bulan Muharram. ‘Asyura’, atau hari ke-10 dari bulan Muharram merupakan hari yang kemuliaannya tidak hanya dikenal di masa umat Rasulillah Muhammad SAW. namun juga populer bagi agama lain seperti Yahudi, Nasrani bahkan kaum Quraisy Makkah. Umat Islam memiliki ritual dan beberapa amaliah selain puasa sunnah, yang antara lain:

  • Do’a Malam ‘Asyura’

Doa merupakan wujud pengahambaan kita kepada Allah Swt. Dengan do’a kita berarti membutuhkan pertolongan Dzat yang Maha Menolong. Namun sebaliknya kalau kita enggan berdoa maka kita termasuk orang yang menyombongkan diri. Dan doa merupakan saif (pedang) bagi orang yang beriman. Termasuk tradisi yang sudah dihidupkan oleh ulama ulama salaf yaitu menghidupkan malam Asyura’ dengan dzikir dan do’a.

Barang siapa yang beribadah pada malam Asyura’, maka seolah-olah dia sedang beribadah kepada Allah seperti semua makhluk di tujuh langit beribadah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab l’anatu al-Thalibin. al-Allamah al Dairabi dan Sayid Muhammad al-Amir mengutip pernyataan Imam al-Ajhuri yang mengatakan bahwa: “Barangsiapa membaca wirid pada malam atau siang hari Asyura

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْر 70×

Insya Allah sepanjang tahun akan di lindungi oleh Allah dari musibah dan hal yang buruk. Adapun doa pada malam asyura’ seperti berikut ini.


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ سُبْحَانَ اللهُ مِلْأُ الْمِيْزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَى وَزِيْنَةَ الْعَرْشِ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنَ اللهِ إلِاَّ إِلَيْهِ، سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوِتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا، أَسْأَلُكَ السَّلَامَةَ كُلِّهَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ، وَهُوَ حَسْبِيْ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ ، وَصَلَّى الله تَعَالَى عَلَى نَبِيِّنَا خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَجْمَعِيْنَ (كنز النجاح والسرور : 84-85)


(Lihat Kitab Kanzun Najah Wassurur halaman 84-85)

  • Memberi Nafkah Istimewa pada Keluarga

Salah satu tradisi yang dilakukan oleh ulama salaf pada hari asyura’ yaitu memberi nafkah yang lebih kepada orang yang wajib diberi nafkah. Maksudnya bagi kepala keluarga alangkah baiknnya pada hari asyura’ ini, menyajikan menu yang spesial, yang lebih enak dan lezat dari hari selainnya.

Imam al-Thabrani dan Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri:

مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ سَنَتِهِ كُلِّهَا

“Barangsiapa melapangkan nafkah keluarganya pada hari Asyura’, niscaya Allah akan me lapangkan (rizki) kepadanya sepanjang tahun.”

Ada kisah menarik dari seorang ulama’ yang membuktikan tentang keabsahan hadits itu. Yaitu Sufyan bin Uyainah. Dia berkata “Saya telah mencoba dan mengamalkan hadits tersebut selama kurang lebih 50 tahun atau 60 tahun, dan hal itu benar dan mujarabnya benar.”

  • Memperbanyak bersedekah

Sebenarnya untuk tradisi bersedekah ini tidak harus pada hari ‘Asyura’. Karena sedekah bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Semakin banyak bersedekah semakin banyak pula kebaikan yang akan kita terima. Sedekah juga diyakini bisa menolak dari bahaya (bala’) yang menimpa diri orang yang mengamalkannya. Pada hari ‘Asyura’ ini ada keistimewaan dan kelebihan bagi orang yang mau bersedekah. Diriwayatkan dari Abu Musa al-Madiny dari Ibnu Umar berkata:

مَنْ صَامَ عَاشُرَآءَ فَكَأَنَّمَا صَام َالسَّنَةَ. وَمَنْ تَصَدَّقَ فِيْهِ كَانَ كَصَدَقَةِ السَّنَةِ

“Barangsiapa yang berpuasa pada hari ‘Asyura’ seakan-akan  seperti puasa satu tahun. Dan barangsiapa bersedekah pada hari ‘Asyura’ maka seperti besedekah selama satu tahun.”

  • Menyantuni Anak Yatim

Di bulan Muharram, umat Muslim juga dianjurkan untuk memperbanyak sedekah. Utamanya adalah menyantuni anak yatim pada 10 Muharram. Menyantuni anak yatim bila dilakukan di hari Asyura’ (10 Muharam), maka Allah akan mengangkat derajatnya.

Terdapat sebuah hadits dalam kitab Tanbihul Ghafilin:

مَنْ مَسَحَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِ يَتِيْمٍ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ رَفَعَ اللهُ تَعَالَى بِكُلِّ شَعْرَةٍ دَرَجَةً

“Siapa yang mengusapkan tangannya pada kepala anak yatim, di hari Asyura’ (tanggal 10 Muharram), maka Allah akan mengangkat derajatnya, dengan setiap helai rambut yang diusap satu derajat.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjanjikan suatu keutamaan dalam sebuah hadits:

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيْمِ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ, وَأَشَارَ بِالسَّبَابَةِ وَالْوُسْطَى, وَفَرَّقَ بَيْنَهُمَا قَلِيْلاً

“Saya dan orang yang menanggung hidup anak yatim seperti dua jari ini ketika di surga.” Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan beliau memisahkannya sedikit.” (HR. Bukhari no. 5304). (am)

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram

Komentar Facebook

Berita Lain

Follow Facebook